Desain Interior Japandi, Perpaduan Gaya Jepang dan Swedia

Keberadaan sebuah rumah, bukan hanya sekedar tempat tinggal, namun filosofi serta gaya hidup orang yang tinggal di dalamnya tercermin dari desain interior rumah tersebut.
Bagi masyarakat perkotaan yang bergerak serba cepat, mereka berfikir bagaimana caranya bisa mendapatkan gaya hidup yang esensial dan membahagiakan.
Gaya desain Japandi (Japanese – Scandinavia) menggabungkan kedua unsur tersebut. Yaitu rumah tradisional Jepang, identik dengan nuansa yang menenangkan jiwa. Sedangkan gaya desain skandinavia memegang prinsip keseimbangan dan menyatu dengan alam. Hadirlah gaya desain Japandi (Japanese – Scandinavia). Menerapkan gaya hidup esensial yang memegang erat pada hal – hal yang paling dibutuhkan dalam hidup.
6 Fakta Menarik Gaya Desain Japandi
1. Mengusung Konsep Wasabi-Sabi
Gaya desain Japandi mengusung konsep Wasabi-sabi, menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan. Hal ini bukan berarti kamar dibiarkan berantakkan namun lebih kepada menikmati hidup yang terorganisasi.
Gaya desain Japandi menggunakan metode Konmari untuk merapikan rumah. Gaya ini menitik beratkan pada pentingnya menikmati alam sekitar, yaitu dengan menghadirkan tanaman hias dalam ruangan ataupun furniture alami dari bahan kayu dan rotan.
2. Mengusung Konsep Lagom
Konsep lagom artinya mencari keseimbangan dalam hidup. Hal ini merupakan kunci kebahagiaan hidup masyarakat Swedia. Keseimbangan hidup dicapai untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan raga.
Bukan hanya focus work life balance, penghuni diharapkan dapat mencapai gaya hidup esensial, yaitu menjaga asupan makanan yang sehat dan seimbang demi kebutuhan raga.
3. Material Warna Andalan Rumah Japandi
Pemilihan warna dan material pada desain Japandi didominasi oleh warna putih pada dinding, furniture didominasi material kayu, seperti kayu sungkai, hingga peletakkan tanaman hias dalam ruangan.
Warna-warna lembut dari warna putih, abu-abu dan krem kerap hadir memancarkan kesenangan. Warna biru, hiju dan pink pastel muncul sebagai aksen pelengkap menambah kedinamisan.
4. Dekorasi dan Pencahayaan
Peran pencahayaan tidak dapat diabaikan dalam Japandi. Mengikuti prinsip minimalis, pencahayaan dimanfaatkan untuk mengimbangi kekosongan dari furniture yang bercorak simpel. Cahaya dan bayangan, baik dari pencahayaan buatan maupun alami, dihadirkan untuk menetralisir ambiens dingin di dalam ruangan.
5. Furniture Simple dan Fungsional
Furniture japandi hadir dengan desain yang simple, dengan garis yang tegas, tidak memiliki banyak lekukan kompleks. Tak seperti desain minimalis yang identic dengan bentuk – bentuk simetris, Japandi menggunakan furniture tak bersudut seperti coffe table berbentuk bundar dan kursi berkaki jengki.
Salah satu keunggulan furniture Japandi memiliki desain yang ramping sehingga dapat menghemat tempat dan membuat ruangan terasa lebih lapang dan terbuka.
6. Penerapan Japandi dalam Kehidupan
Selain mengubah gaya desain hunian, menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik agar gaya hidup lebih berpusat pada yang esensial atau paling dibutuhkan dalam hidup juga bagian dari penerapan Japandi. Konsep Lagom, mencari keseimbangan dalam hidup, menjadikan work-life balance sebagai prioritas saat menjalankan hidup sehari-hari.
Terlepas dari gaya desain yang kini diusung, kebutuhan jiwa dan raga seperti yang diprioritaskan dalam konsep Lagom perlu diperhatikan. Mulai dari menjaga pola makan sehat dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, meluangkan waktu untuk me time, hingga berhenti kerja lewat dari jam 8 malam,
Utamanya, gaya desain Japandi menitikberatkan keseimbangan dalam hidup yang dicapai dari kenyamanan dalam properti hunian yang sederhana. Tak sekadar mengadopsi gaya desain Japandi pada hunian, pastikan kamu mengerti bahwa gaya hidup esensial yang hanya fokus terhadap hal-hal yang paling dibutuhkan seperti kebutuhan jiwa dan raga juga merupakan kunci agar hidup lebih bahagia.